Desa Madenan, Kecamatan Tejakula,Kabupaten Buleleng
1. Sejarah Desa
Didalam menelusuri sejarah Desa Madenan sangat sulit, karna langkanya
Sumber - sumber yang ada untuk mendapatkan kebenarannya, kami mengadakan
wawancara dengan tokoh-tokoh masyarakat yang tahu mengenai asal-usul Desa
Madenan, disamping itu berdasarkan informasi I Putu Sugianyar dan I Nengah
Swarta dari Desa Tojan, Kecamatan Kelungkung, Kabupaten Kelungkung telah
diceritakan bahwa :
Pada jaman Kerajaan Dalem Ketut Ngelesir di Bali ( Dalem Gelgel ) Tahun Caka
1306-1402, tahun Masehi 1386-1480 terjadilah huru-hara di Bali yang dilakukan
oleh golongan masyarakat Bali Age antara lain :
Desa Alas Gunung Sari, Bondalem, Les, Penuktukan, Sambirenteng, Tembok,
Tianyar, Culik, Angan Telu ( Antiga ) dan lain-lainnya.
Untuk mengatasi uru-hara yang terjadi di desa-desa tersebut diatas maka :
Dalem Ketut Ngelesir minta bantuan ke Kerajaan Majapahit yang ada di Jawa.
dari Kerajaan Majapahit maka diutuslah seorang Pangeran yang diiringi oleh
beberapa Pepatih antara lain : Patih Cempida, Patih Dekeh, Patih Angan dan
beliau pertama kali mendarat di Pulaki selanjutnya menuju ke Besakih untuk
mohon keselamatan dari sini akhirnya beliau memilih Muteran sebagai Markas
( sekarang desa Muteran Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem ).
Ditempat inilah Pangeran menyusun rencana serta melakukan penyamaran –
Penyamaran kedesa-desa yang melakukan huru-hara. berdasarkan Prasasti yang
Ada di Desa Tojan, Kecamatan Kelungkung, Kabupaten Kelungkung, penyera –
Penyeranganngan pertama dilakukan di Desa Alas Gunung Sari melalui Desa
Dausa kemudian dilanjutkan ke desa-desa yang lain. dengan mengetahui dari
Isi pratasti tersebut maka kemungkinan besar desa Madenan perubahan nama
dari Desa Gunung Sari yang terletak di palemahan Pekarangan yang berjarak
lebih kurang 1 km disebelah tenggara desa Madenan sekarang.
Disamping itu juga untuk mengetahui asal-usul Kata Desa Madenan, kami
Mengadakan wawancara dengan tokoh-tokoh masyarakat dan ditambah dengan
Cerita-cerita rakyat atau foklove.
Diceritakan pada jaman dahulu Desa Alas Gunung Sari berpenduduk : 200 KK.
Pernah terserang wabah penyakit menular yang banyak makan korban.
Sedang Kuburan pada waktu itu, menurut kepercayaan hanya berjumlah
Maksimal 18 buah ( lubang ). Sehingga dari hal itu berakibat banyak mayat-
mayat yang tidak tertampung, kemudian mayat - mayat tersebut dikumpulkan
Dalam satu tempat yang bernama : “ BANGKE TAMBUN “ ( Bangke = Mayat
Tambun = Kumpulan ).
Disebelah kuburan tersebut diatas sampai kini terdapat sebuah peninggalan Pura
Dalem Dari adanya bencana wabah penyakit menular yang menyerang warga
Desa Alas Gunung Sari pada akhirnya hanya tertinggal 7 (Tujuh ) KK.Cikal bakal
7 KK. Inilah yang masih bias bertahan dan berjalan perlahan - lahan
( d alam Bahasa Bali = Meadengan ) mencari tempat disebelah barat laut desa Alas
Gunung Sari dan akhirnya mereka menetap disana dan berkembang kebanjar
Gentuh, Sangambu dan Keduran. dari kedua versi tersebut diatas dapatlah
disimpulkan nama Desa Madenan yang ada kemungkinan diambil dari kata
Desa MEADENGAN yang lama - kelamaan mengalami perubahan pengucapan
menjadi : * MADENAN *
Desa Madenan telah berumur ratusan tahun, jika dilihat dari para leluhur penghuni
Desa ini kebanyakan generasi sekarang ini adalah generasi keturunan ketujuh KK dari
Penghuni pertama leluhurnya yang datang di desa ini. Dari asal – usul penduduk yang
menghuni desa Madenan terdiri dari berbagai ragam keturuna.
Sampai sekarang didesa Madenan ada 14 Dadya ( Kumpulan Keluarga ) yang
menyungsung kawitannya ( Pura Leluhur/Pura Dadya ) yang terdiri atas :
1. Jelantik / I Dewa Gede Madenan : 2 Dadya
2. Pasek Kayu Selem : 5 Dadya
3. Dalem Taruk : 1 Dadya
4. Pasek Gelgel : 3 Dadya
5. Pasek Taro : 1 Dadya
6. Pasek Bendesa Mas : 2 Dadya
7. Pasek Tangkas : 2 Dadya
8. Arya Penatih : 1 Dadya
9. Arya Anggan : 1 Dadya
10. Arya Ngurah Kamasan : 1 Dadya
11. Pasek Kebayan : 1 Dadya
12. Pasek Padang Subadra : 2 Dadya
13 .Pande Tusan : 1 Dadya
14. Arya Demung : 1 Dadya
Setiap dadya melakukan piodalan di pura kawitannya sesuai dengan perhitungan
hari dipuranya/dadyanya masing-masing, dan rasa kekeluargaan diantara dadya
sangat erat terlihat dalam pelaksanaan manusa yadnya dan pitra yadnya yang
berjalan lancar.
Beberapa Dadya telah mempunyai organisasi khusus untuk melakukan
kegiatan upacara seperti melakukan upacara Ngaben ( Pitra Yadnya ) secara
gotong royong dalam bentuk sederhana tetapi mempunyai arti serta nilai yang
tinggi ditinjau dari segi Agama Hindu.
ARTI LAMBANG DESA MADENAN
- SEGI LIMA : Berdasarkan Pancasila
- GUNUNG : Desa Madenan terletak didaerah Pegunungan
- CANDI BENTAR : Lambang Kebudayaan
- TANGGA EMPAT : Desa Madenan terdiri dari empat Desa
Pakraman
- RANTAI LIMA : Persatuan dan kesatuan lima Banjar Dinas
- PADI KAPAS : Lambang Kemakmuran
- ANGGSA : Lambang perwujudan Kedamaian
- SAPTA GOTRA LOKA STITI : Bermula dari tujuh warga menuju tempat yang
damai
9. CANDI BERINGKAT TIGA : Desa Madenanmasih memegang teguh pola
Hidup Tri Hita Karana.